5 Maret 2013

CINCIN


Di sore hari yang diiringi bunyi gerimis hujan, di dalam kamar terdengar serak suara seorang gadis..
“Maafkan aku kang mas sayang, aku benar benar tidak sengaja”, dengan nada sedih waroh mengatakan.
“kalau dari awal sudah gak niat, ya gini ini dah jadinya. Pasti bakalan hilang. Akan ku buang cincin ini!!”, sahut tarno keras.
“jangan kang mas, aku akan berusaha trus mencarinya”
“sudahlah, lebih baik aku buang saja cincin ini. Percuma saja, toh kan sudah tidak ada pasangannya”, mendesak waroh.
“jangan kang mas, aku mohon jangan dibuang. Cincin yang hilang itu sangat berarti buatku”, ujar waroh.
“buat apa sih kalau sudah tidak ada pasangannya lagi??Kalau memang cincin itu berarti  buatmu, kenapa bisa sampai hilang??trus kalau gak ketemu gimana??”, sentak tarno lebih keras lagi.
“aku sedang berusaha mencarinya, meskipun terasa percuma mencari benda kecil dalam tumpukan pasir air. Kalau cincin itu tidak ketemu, terserah kamu mau memperlakukan aku seperti apa”
“sudahlah, lebih baik aku buang saja cincin ini!!”
“buang saja sudah! Tapi aku akan tetap mencari cincin itu”, waroh mulai emosi.
“...........................................................”, tarno mematikan telponnya.
            Tarno sangat kesal sekali karena cincin pemberiannya dihilangkan begitu saja. Sedangkan Waroh menangis sejadi jadinya. Dia tau resikonya jika harus jujur pada Tarno bahwa ia telah menghilangkan cincin pemberiaan Tarno. Tapi waroh mencoba menahan tangisannya. Ia bangkit lagi untuk mencari cincinnya sampai sampai tangannya digigit kepiting. Ia pun tidak merasakan sakitnya itu. Dia fokus mencari cincinnya. Sampai jam setengah delapan malam dia baru berhenti mencari cincin itu. Namun sayang, nasib baik belum datang padanya. Ia pun kembali ke kamarnya dan menagis lagi sampai akhirnya tertidur.
            Sebenarnya tidak semudah itu waroh tertidur. Ia selalu teringat dengan cincinnya. Karena setiap akan tidur, ia selalau memandangi cincin pemberian Tarno. Namun malam itu yang ia pandangi hanyalah jari yang kosong tanpa balutan cincin Tarno. Ia makin menangis saat teringat cincinnya. Waroh pun merasa bahwa Tarno tidak menghargai usahanya karena Tarno memaksa untuk membuang cincin yang ada di tangan Tarno. Waroh pun makin hanyut dalam tangisannya. Sampai lelah matanya mengeluarkan air mata barulah ia bisa tertidur.
Saat bangun tidur matanya pun sembab menangis semalaman. Dia pun langsung ke sumber air tempat hilang cincinnya itu. Dia berusaha mencari terus sampai ia tak tahu bahwa tarno berkali kali menghubunginya.
            di lain tempat, Tarno berpikir bahwa apa yang telah dilakukanya pada waroh sangatlah keterlaluan. Lalu terpikir dalam benak Tarno untuk memberikan kejutan pada Waroh. Ia pun merencanakan kejutan yang akan diberikannya pada Waroh. Ia berpura pura tidak menjemput waroh yang akan berangkat kerja. Waroh pun menerima bahwa pacarnya itu tidak bisa mengantarkannya. Dia pun berangkat kerja dengan mengendarai angkot seperti biasanya. Namun ia dikagetkan olehh seseorang yang memukul pundaknya dari belakang. Ternyata orang itu adalah Tarno. Waroh pun senang bukan kepalang, tapi ia juga sedih sekaligus malu karena ia tidak berhasil menemukan cincin pemberian Tarno. Ia hanya bisa diam saat dibonceng oleh Tarno. Tarno menggengam tangan waroh. Saat itu pula waroh mengetahui bahwa Tarno tidak lagi memakai cincinnya. Waroh semakin sedih. Namun Tarno berusaha menenangkan hati kekasih tercintanya.
Sesampai di tempat kerjanya, seperti biasa dia mencium tangan kekasihnya itu. Dan ia melihat cincin Tarno ada ditangan kanannya. Mengetahui hal tersebut, hati Waroh sedikit tenang karena cincinnya tidak jadi dibuang.
            Tak terasa waktu berlalu begitu saja, Waroh pun telah selesai bekerja dan diantar pulang oleh Tarno. Waroh berusaha menepati janjinya pada Tarno untuk mencari cincin itu. Sesampai di tempat hilangnya cincinnya, Waroh dikejutkan oleh kilauan cahaya yang berasal dari suatu benda. Dalam hatinya dia yakin bahwa itu adalah kilauan dari cincinnya. Waroh mencoba mendekati kilauan cahaya tersebut. dan ia terkejut diiringi rasa bahagia, karena benda yang berkilau itu benar-benar cincinnya.
            Waroh segera berlari kencang kerumahnya dan hendak memberi tahu kan hal tersebut pada kekasih tercintanya.
            “Kang mas, cincinnya ketemu”, sambil tersenyum dan menunjukkan cincinnya.
“ah, masak sih! Itu kan cincinku yang dipakai kamu”
Sambil menunjukkan 2 cincin di tangan kanan dan kirinya, “ini cincinmu dan ini cincinku”
Tarno tersenyum begitu pula dengan Waroh. Mereka sangat bahagia karena pengikat cinta mereka berdua telah ditemukan.

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar