15 Mei 2012

Berbicara Tentang Kehidupanku

Alarm berbunyi. ku gapai Hpku, melihat inbox yang masuk  ke Hpku (sebenarnya bukan Hpku sih. Itu Hp temenku tepatnya yang sengaja dipinjamkan kepadaku). Dan dengan rasa malas yang begitu besar ku coba awali hari ini dengan penuh semangat. Namun seperti hari hari biasanya, rasa kantuk yg teramat berat selalu menyertai setiap kegiatanku.
aku harus melawan rasa kantuk ini untuk siap menerima pelajaran dari bapak ibu guru. say good bye pada rumah puku 06.30. perjalanan ke tempat naik angkot 15 menit. jarak dari rumah ke sekolah memakan waktu perjalanan setengah jam. sampai disekolah selalu telat, beruntungnya setiap aku telat, tak pernah ada guru yang memergokiku.
bel berbunyi tanda pergantian pelajaran dimulai. kebetulan guru yang mengajar matematika (sebut saja Bu Tutik) sedang berhalangan sehingga kelasku tidak menerima pelajaran matematika untuk hari ini. seisi kelas menjadi ramai. satu kesedihan bagiku, dan satu kesenangan bagi yang lain karena mereka tidak menyukai matematika. apa boleh buat, itu hak mereka untuk menyukai atau tidak menyukai suatu hal.
kekosongan ini mereka isi dengan membentuk beberapa kelompok kelompok kecil. setiap kelompok mempunyai topik cerita masing masing. aku hanya duduk dibangkuku sendiri, mengamati seisi kelas yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing masing.
ditengah keramaian itu, ku dengar satu kelompok yang tidak jauh dari tempat dudukku sedang asik membicarakan perguruan tinggi dan perkuliahan. dalam hatiku berkata, beruntungnya mereka yang memiliki harapan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. sedangkan aku, aku tak punya harapan untuk bisa kuliah. orang tua sudah berjanji padaku hanya akan memberikan pendidikan tertinggi padaku sampai SMA. Bisa kerja apa jika pendidikanku hanya sampai SMA??
Pertanyaan itu yang terus mengalir dalam logikaku. Mungkin pelayan toko. jadi pelayan toko pun sepertinya aku tidak masuk dalam kriteria syarat diterimanya seseorang untuk bekerja sebagai pelaya toko(karena pelayan toko membutuhkan karyawati dengan postur tubuh yang tinggi. sedangkan diriku,, tinggiku tak sampai 150 cm). Hal ini semakin membuat aku sedih.
bel istirahat menyadarkanku dari lamunanku. Ku lintasi lapangan yang sudah dipenuhi dengan para siswa yang mondair mandir kesana kemari. Sampai di musola, kubasahi mukaku dengan sentuhan lembut air wudu'.  ku mulai terhanyut dalam sholat Dhuhaku. setiap hari kuminta pada Allah agar aku dapat melanjutkan pendidikanku dan aku bisa menginjakkan kakiku di negara orang lain. kumohon dengan penuh harap agar aku bisa mengentaskan keluargaku dari bawah garis kemiskinan.
Dengan doa, usaha, dan semangat dari dalam diri dan dari sahabatku (Siska.red) ku coba jalani kehidupanku ini. sampai suatu hari, apa yang kupanjatkan setiap hari menemui titik terang. aku bisa melanjutkan pendidikan di Teknik Elektro tanpa biaya. Suatu anugrah terindah, rizki yang tak terkira yang Allah berikan padaku. rasa bahagia meliputiku. belum hilang rasa bahagia ini, ak mendapat kabar bahwa aku akan diberangkatkan ke Thailand untuk melakukan study edukasi. terwujudlah pula impianku untuk bisa menginjakkan kaki ke negara orang lain.
Teman, kita harus yakin dengan jalan yang diberikan Allah kepada kita. Sesusah apapun hidup kita, kita harus tetap berusaha maksimal. Allah akan menunjukkan jalan yang penuh kebahagiaan tak terkira buat kita.

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar